Cerita Sex Bergambar - Kumpulan cerita Dewasa, Palim mesum dan hot, cerita terbaru ini berjudul Baca Cerita Seks Ngentot Dengan Gadis Yang Kubawa Kerumah, Simak terus kisahnya.
Karena diblog ini akan selalu ada update an cerita sex terbaru, ABG Mesum, Cerita Pemerkosaan, Cerita Ngentot, cerita janda gatel, cerita panas paling seru dan menarik hanya di sini tempatnya dalam bacaan cerita seks dewasa bergambar berikut ini, Selamat menikmati...
Cerita ini bermula waktu saya pulang kerja sekitaran jam 11 malam, mobilku menabrak seseorang anak yang digandeng ibunya tengah menyeberang jalan. Untung saja saya cepat memijak rem hingga anak itu lukanya tidak parah cuma sedikit saja di bagian pahanya. Ke Shinta saya menawarkan untuk ke rumah sakit, Ibu itu menampik serta tuturnya lukanya tidak parah.
“Ya sudah bu, saat ini saya antar Ibu pulang, di mana tempat tinggal Ibu? ”
“Nggak usah den, si Leni tidak usah diantar”.
“Kenapa Leni, inikan udah malam, tidak apa-apa Leni saya antar ya? ”.
Si Leni ini tidak menjawab pertanyaanku serta cuma menunduk lesu serta ke Shinta dia ingin menjawab, dari arah ujung trotoar mencul anak kecil sembari membawa bekicot.
“Ini Leni bekicotnya, agar luka Mbak Shinta cepat pulih”.
Ibu itu terima bekicot dari gadis itu, memecahnya di bagian ujung serta memoleskannya diluka gadis yang nyatanya namanya Shinta. Namun, Sesudah selesai memoleskan, si Leni itu mengandeng Shinta serta adiknya ingin pergi. Sebelumnya mengambil langkah jauh, saya hadang serta berupaya untuk mengantarnya pulang.
“Si Leni ingin pulang.., saya antar ya Leni, kasihan Shinta jalannya pincang”.
“Ngaak usah den, si Leni.. ”.
“Kenapa Leni, tidak sungkan-sungkan, ini kan udah malam, kasihan Shinta, Leni.. ”.
“Si Leni ini tidak miliki tempat tinggal den, si Leni hanya gelandangan”.
Saya sempat benggong mendengar jawaban si Leni ini, pada akhirnya saya putuskan untuk mengajaknya ke rumahku meskipun cuma untuk malam ini saja. Terus terang saya kasihan pada mereka.
“Ya udah Leni, anda dan ke-2 anakmu itu malam hari ini bisa tidur dirumahku”.
“Tapi non.. ”.
“Sudahlah Leni, ini kan untuk menebus kekeliruanku karna menabrak Shinta”.
Dari info yang saya peroleh di dalam mobil sepanjang perjalanan pulangp, si Leni ini nyatanya ditinggak suaminya waktu memiliki kandungan adiknya Shinta, yang pada akhirnya saya kenali namanya Intan.
Si Leni ini yang nyatanya namanya Inem, usianya sekitaran 42 th., serta anaknya si Shinta umurnya 14 th. dan Intan baru 11 th.. Shinta pernah lulus SD, sedang Intan cuma pernah nikmati bangku SD kelas 4.
Setelah tiba di rumah, Leni Inem serta ke-2 anaknya segera saya suruh mandi serta makan malam. Nyatanya si Leni, Shinta serta Intan tidak membawa baju ganti hingga sesudah mandi baju yang dipakainya ya tetaplah yang tadi.
Walau sebenarnya baju yang digunakan ketigany udah tidak layak untuk digunakan sekali lagi. Si Leni menggunakan daster yang lusuh serta sobek di sana-sini sedang Shinta serta Intan sama juga lusuh serta penuh jahitan di sana sini.
Besok yang kebetulan hari minggu, saya memanglah memiliki gagasan membelikan baju buat mereka bertiga. Saya memanglah type orang yang tidak dapat lihat ada orang yang lain menanggung derita. Kata kawan-kawan sich, saya termasuk juga orang yang mempunyai jiwa sosial yang tinggi.
“Shinta dan anda Intan makan yang banyak ya.. agar cepet gede.. ”.
“Inggih Non.., bisa tidak bila Intan butuhkan semua, karna Intan udah 2 hari tidak makan”.
“Boleh nduuk.., Intan serta Shinta bisa makan sepuasnya disini”.
Dari mulai sinilah awal dari petualangan seksku. Sesudah acara makan malam usai, ketiganya saya suruh tidur di kamar belakang. Sekitaran jam 1 malam sesudah saya usai nonton acara TV yang membosankan, saya menuju kekamar belakang untuk meneggok kondisi mereka.
Ke Shinta saya masuk kekamar mereka, jantungku segera berdeguk cepat serta keras waktu saya lihat daster Leni Inem yang terungkap hingga ke pinggang. Nyatanya di balik daster itu, Leni inemku ini mempunyai paha yang benar-benar mulus serta di balik CD nya yang lusuh serta sobek di bagian depannya tampak dengan terang jembutnya yang tidak tipis serta hitam. Fikiranku segera melayang-layang serta kontolku yang masih tetap perjaka ini segera berontak.
Sesudah agak tenang, tanganku segera bergerilnya mengelus paha mulus Leni inemku ini. Setelah puas mengelus pahanya, saya mulai menjilati ujung paha serta selesai dipangkal pahanya. Saya sempat ingin muntah ke Shinta mulai menjilati klitorisnya.
Dimuka barusan kan saya udah katakan bila CD Leni ku ini sobek di bagian depan.., jadi clitnya tampak dengan terang. Sedang yang buat saya ingin muntah yaitu bau CDnya. Ya.. mungkin saja udah berhari-hari tidak dicuci.
Sesudah sekitaran 13 menit saya jilati clitnya serta nyatanya Leni inemku ini tak ada reaksi.. ya mungkin saja sangat lelah shingga tidurnya nyenyak banget, saya mulai mengeluarkan kontolku serta mulai saya gesek-gesekkan di clitnya.
Saya tidak berani melapas CDnya takut dia bangun. Ya.. saya cuma berani mengocok kontolku sembari memandangi clit dan teteknya. Nyatanya Leni inemku ini tidak menggunakan BH hingga puting payudaranya pernah menonjol dibalik dasternya. Saya tidak berani untuk memeras teteknya karna takut Leni Inem juga akan bangun.
Sedang sebagian asiknya saya mengocok kontolku, si Shinta bangun serta lihat ke arahku. Shinta pernah ingin teriak serta untung saja saya cepat tutup mulutnya serta memimta Shinta untuk diam. Sesudah Shinta diam, berhubung saya udah tanggung, terus saja saya kocok kontolku.
Shinta yang masih tetap terduduk lemas karna ngantuk, tetap saja lihat tangan kiriku yang mengocok kontolku serta tangan kananku mengusap-usap paha mulus ibunya. Sembari lakukan aktivitasku, saya pandangi si Shinta, gadis kecil yang betul-betul polos, serta saya saksikan kadang-kadang Shinta lihat mataku selalu beralih ke paha ibunya yang tengah saya elus-elus berkali-kali. Sesudah sekitaran 8 menit berlalu, saya tidak tahan sekali lagi, serta pada akhirnya “.. croot.. crrott.. croot.. ” ada 6 kali saya menembakkan pejuhku ke arah clit Leni inemku ini.
Waktu saya mengeluarkan pejuhku, si Shinta tutup matanya sembari memeluk ke-2 kakinya. Ketika tersebut saya tanpa ada berniat lihat pangkal pahanya serta nyatanya.., Shinta ku ini tidak menggunakan CD. Waktu saya tengah lihat memeknya Shinta, dia katakan..
“Non.. mengapa pipis di memeknya si Leni”. saya sendiri pernah kaget mendengarnya.
“Nduuk.. itu agar ibumu tidur pulas.. ”.
“Non.. Shinta kedingingan.., Shinta ingin pipis.. namun Shinta takut ke kamar mandi.. ”.
“Ya.. udah Nduk.. mari saya antar ke kamar mandi”.
Shinta lalu saya ajak pipis ke toilet di kamar tidurku. Saya sendiri juga ingin pipis, selalu Shinta saya suruh jongkok didepanku. Shinta lalu mengangkat roknya serta.. suur.. banyak air seni yang keluar dari memeknya.
Saya sendiri cuma sedikit kencingku. Sesudah acara pipisnya usai, Shinta saya gendong serta saya dudukkan di tepi ranjangku. Lantas saya peluk serta saya belai lembut rambut panjangnya yang hingga ke pinggang.
“Non.. Shinta belum juga cebok.. kelak memeknya Shinta bau lho.. Non.. ”.
“Nggak apa-apa Nduk.. agar kelak Non yang bersihin memeknya Shinta.. Shinta bobok di sini ya.. sama non mu ini.. ”.
Lalu Shinta saya angkat serta mulai saya baringkan di ranjang empukku ini. Tangganku mulai aktif membelai rambutnya, pipinya, bibirnya.. dan payudaranya yang lumayan montok. Ketika tanganku mengelus pahanya..
“Non.. mengapa mengusap-usap kaki Shinta yang lecet.. ”.
“Oh iya Nduk.. Non lupa.. ”.
Tahu sendirilah, saya memang sungguh-sungguh udah horny untuk mencicipi Shinta, gadis kecilku ini. Pikirkan pembaca, disebelahku ada gadis 14 th. yang demikian polos, serta dia diam saja ke Shinta tanganku mengelus-elus semua badannya.
Pembaca.. bagaimana sudah belum juga ngebayanginya.. sudah belum..! sudah yaa.. saya terusin ceritanya.
Lalu saya jongkok di antara kakinya serta awalilah saya singkap rok yang digunakan Shinta hingga ke pinggang. Saat ini terpampanglah di hadapanku seseorang gadis kecil umur 14 th. denga bibir kemaluan yang masih tetap belum juga ditumbuhi bulu.
Sesudah pahanya saya kangkangkan, terpangpanglah segaris bibir memek yang dikanan-kirinya agak mengelembung.., eh maksudku tembem. Dengan jari telunjuk serta Ibu jari saya berupaya untuk menguak isi didalamnya. Serta nyatanya.. berisi merah muda, basah karna ada sisa pipisnya yang barusan itu lho dan agak mengkilap.
Tangankupun mulai mengelus memek keperawanannya, serta kadang-kadang saya pijit, pelintir serta saya tarik-tarik clitorisnya. Ake sendiri heran clitnya Shinta ku ini ukurannya tidak kalah sama ibunya.
“Aduuh.. Non.. memeknya Shinta diapain.. Non.. ”.
“Tenang Nduk.. tidak apa-apa.. Non ingin nyembuhin luka anda kok.. Shinta diam saja yaa.. ”.
“Inggiih.. Non.. ”.
Sesudah Shinta tenang, akupun mulai menjilati memeknya serta memanglah ada rasa serta bau pipisnya Shinta.
“Non.. jangaan.. Shinta malu, Non.. memek Shinta kan bau.. ”.
Saya bahkan juga pernah memasukkan jariku ke liang perawannya serta mulai saya kocok-kocok dengan perlahan. Shinta juga mulai menggelinjang serta mengangkat-angkat pantatnya.
Saya juga mulai menyedot memeknya Shinta dengan kuat serta saya saksikan Shinta menggigit bibir bawahnya sembari kepalanya digoyang kekanan kiri.
“Non.. geli Non... memeknya Shinta diapain sich Non.. ”.
Akupun tidak perduli dengan kondisi Shinta yang kakinya menendang-nendang serta tangannya mencengkeram seprei ranjangku hingga sobek di sana sini. Serta pada akhirnya..
“Non.. udah Non.. Shinta ingin pii.. piis dahulu Non.. ”.
Serta selang beberapa saat “Ssuur.. suur.. suur.. ”
Banyak cairan hangatnya membanjiri mulutku. Saya berupaya sekuat tenaga untuk menelan semuanya cairan memeknya yang mungkin saja baru pertama kesempatan ini dikeluarkannya.
Sesudah kujilati serta kuhisap hingga bersih, akupun tiduran disampingnya serta kurangkul Shinta ku ini.
“Non.. maafin Shinta ya.. Shinta barusan pipis di mulutnya Non.. pipis Shinta bau ya Non.. ”.
“Nggak apa-apa Nduk.. namun Shinta mesti dihukum.. karna sudah pipis dimulut Non.. ”
“Shinta ingin dihukum apa sajakah Non.. seandainya Non tidak geramin Shinta.. ”.
“Hukumannya, Shinta gantian minum pipisnya Non.. ingin tidak.. ”.
“Iya Non.. ”.
Pada akhirnya saya mengeluarkan kontolku yang sudah tegang. Demikian kontolku udah saya keluarkan dari CDku, Shinta yang masih tetap sangat polos itu tutup berwajah dengan ke-2 tangannya. Saya saksikan muka Shinta agak memerah. Sesudah saya bebaskan ke-2 tangannya, saya sodorkan kontolku kedepan berwajah serta saya suruh Shinta untuk memegangnya.
“Nduk.. mari dipegang serta dielus-elus..!.
“Inggih Non.. namun Shinta malu Non.. Shinta takut Non.. ”.
“Nggak apa-apa Nduk.. ini tidak nggigit kok.. ini namanya kontol Nduk.. ”.
Lalu gadis kecilku ini mulai memegang, mengurut, meremas serta terkadang diurut.
“Nduk.. kontolnya Non mu ini diemut ya.. ”.
“Tapi Non.. Shinta takut Non.. Shinta jijik Non.. ”.
“Nggak apa-apa Nduk.. diemut saja seperti waktu Shinta ngemut es cream.. mari kelak Shinta Non kasih es cream.. ingin ya.. ”.
“Benar Non.. kelak Shinta diberi es cream.. ”. ”Iya Nduk.. ”.
Shinta juga jongkok di antara pahaku serta mulai memasukkan kontolku ke mulutnya yang mungil. Agak sulit sich, bahkan juga terkadang kontolku tentang giginya.
“Nah gitu nduuk.. diisep ya.. yaa.. ya gituu.. nduuk.. ”.
Sembari Shinta mengoral kontolku, kaos lusuhnya Shinta juga saya angkat serta saya bebaskan dari badan mungilnya. Saya elus-elus teteknya serta terkadang saya remas dengan keras.
“Aku gemes banget sich sama payudaranya yang memiliki bentuk agak meruncing itu”.
Sekitaran 12 menit lalu, saya rasakan kontolku udah berdenyut-denyut. Saya tarik kepala Shinta serta saya kocok kontolku dimulut mungilnya.. serta.. saya tekan hingga menyentuh kerongkongannya serta pada akhirnya “.. croot.. croot.. croot.. cruut..! ”
Cairan pejuhku beberapa besar tertelan oleh Shinta serta cuma sedikit yang menetes keluar dari mulutnya.
“Non.. pipisnya sangat banyak.. Shinta hingga ingin muntah.. ”.
“He.. eh.. nduuk.. namun enak kan.. pipisnya Non.. ”.
“Inggih Non.. pipis Non kental banget.. Shinta hingga tidak dapat telan.. agak amis Non.. ”.
Saya memanglah termasuk juga lelaki yang menyukai menjaga badanku. Nyaris sehari-hari saya fitnes. Menuku sehari-hari : susu spesial lelaki, madu, 6 butir telur mentah, dan suplemen protein product Amerika. Jadi ya lumrah bila spermaku kental serta agak amis.
Lalu saya peluk bidadariku kecilku ini serta sesuai sama janjiku dia saya kasih es cream rasa vanilla. Sesudah habis Shinta menelan es krimnya, dia saya kemampuanngkan sekali lagi diranjangku. Selalu saya kangkangkan sekali lagi pahanya serta saya mulai sekali lagi menjilati memek tembemnya. selalu jelas saja saya penasaran sebelumnya membobol selaput daranya.
“Non.. ingin ngapain sekali lagi.. kelak Shinta pipis sekali lagi lho Non.. ”.
“Nggak apa-apa Nduk.. pipis sekali lagi saja Nduk.. Shinta ingin sekali lagi khan es cream.. ”
“Mau Non.. ”.
Sesudah saya siap, pahanya saya kangkangkan sekali lagi lebih lebar, serta saya mulai memasukkan kepala kontolku ke lubang surgawinya. Baru masuk sedikit, Shinta ku meringgis.
“Non.. memek Shinta diapain.. kok sakit.. ”
Saya pernah tarik ulur kontolku di liang memeknya. Serta sesudah kurasa mantap, saya tekan dengan keras. Saya rasakan ujung kontolku merobek selaput tidak tebal, yang saya percaya itu yaitu selaput daranya.
“Non.. sakiit.. ” Segera saya peluk Shinta, kuciumi muka serta bibir mungilnya.
“Nggak apa-apa Nduk.. kelak enak kok.. Shinta tenang saja ya.. ”.
Sesudah kudiamkan sebagian waktu, saya mulai sekali lagi memompa memeknya serta saya saksikan masih tetap meringis sembari menggigit bibir bawahnya.
“Oohh.. ahh.. auuhh.. geli Non.. ahh.. ” tersebut yang keluar dari mulutnya Shinta.
“Auuhh.. oohh.., Non.., periih…, aahh.. gelii Non.. aahh.., ”.
SAmbil saya selalu meusuk-nusuk memeknya, saya senantiasa perha Shinta muka imutnya Shinta. Benar-benar panorama yang mengagumkan.
Wajahnya memerah, bibirnyapun kadang-kadang menggigit bibir bawahnya dan kalau aku lihatnya matanya terkadang hanya terlihat putihnya saja. Kedua kaki Shinta pun sudah tidak beraturan menendang kesana-kesini dan juga kedua tangannya menarik-narik seprei kasurku hingga terlepas dari kaitannya.
“Auuhh.. oohh.., Non.., aahh.. ooh.. aahh, Non..”.
Aku mulai rasakan ada denyutan-denyutan vaginanya di kontolku, pertanda Shinta ku sebentar lagi orgasme. Kepala Shinta pun mulai menengadah ke atas dan kadang-kadang badannya melengkung. Sungguh pemandangan yang sensasional, gadis 14 tahun yang masih begitu polos, tubuhnya mengelinjang dengan desahan-desahan yang betul-betul erotis.
Aku yakin para pembaca setuju dengan pendapatku, tapi tangannya pembaca kok megang-megang “itu” nya sendiri, hayo udah terangsang ya. Aku tahu kok, nggak usah malu-malu, terusin aja sambil membaca ceritaku ini.
“Oohh.. ahh.. auuhh.. geli Non.. ahh..”.
“Non.. Shinta mau pipiiss.. Non..”
“Seerr.. suurr.. suurr.., kontolku seperti disiram air hangat..”.
Aku peluk sebentar Shinta ku untuk memberikan kesempatan gadis kecilku menuntaskan orgamesme. Setelah agak reda, aku lumat-lumat bibir mungilnya.
“Maapin Shinta ya Non.. Shinta pipis dikasurnya Non..”.
“Shinta malu Non.. udah gede masih ngompol di kasur..”.
“Nggak apa-apa Nduk.... Non juga mau pipis di kasur kok..”.
Aku sendiri sudah nggak tahan. Kakinya aku angkat, lalu kuletakkan di pundakku. Dengan posisi ini kurasakan kontolku menyentuh dinding rahimnya. Memeknya jadi becek banget, dan aku mulai mempercepat sodokan kontolku.
“Non.. Shinta capek.. Shinta mau bobok.. Non..”.
“Iya nduuk.. Shinta bobok saja yaa..”.
“Memeek Shinta periih.. Non..”.
Kutekan keras-keras kontolku ke liang kenikmatannya dan kutarik pantatnya dan “croot.. cruut.. croot.. croot.. cruut.. croot..!”. Aku muntahkan pejuhku kedalam rahimnya.
Aku cabut kontolku dari memek tembemnya, terlihat lendir putih bercampur dengan darah segar mengalir keluar dari liang kemaluannya.
“Non.., kenapa Non pipis diperutnya Shinta.., perut Shinta jadi hangat Non..”.
“Iya nduuk.., biar kamu nggak kedinginan.., ayo sekarang Shinta bobok ya.., sini Non kelonin..”.
“Inggih Non.., sekarang Shinta capek.., Shinta pengen bobok..”.
Aku perha Shinta memeknya sudah mulai melebar dan agak membelah dibandingkan sebelum aku perawanin. Aku peluk dia dan aku cium dengan mesra Shinta, si gadis kecilku. Aku dan Shinta pun akhirnya tertidur dengan pulas. Nikmaat.
Karena diblog ini akan selalu ada update an cerita sex terbaru, ABG Mesum, Cerita Pemerkosaan, Cerita Ngentot, cerita janda gatel, cerita panas paling seru dan menarik hanya di sini tempatnya dalam bacaan cerita seks dewasa bergambar berikut ini, Selamat menikmati...

Cerita ini bermula waktu saya pulang kerja sekitaran jam 11 malam, mobilku menabrak seseorang anak yang digandeng ibunya tengah menyeberang jalan. Untung saja saya cepat memijak rem hingga anak itu lukanya tidak parah cuma sedikit saja di bagian pahanya. Ke Shinta saya menawarkan untuk ke rumah sakit, Ibu itu menampik serta tuturnya lukanya tidak parah.
“Ya sudah bu, saat ini saya antar Ibu pulang, di mana tempat tinggal Ibu? ”
“Nggak usah den, si Leni tidak usah diantar”.
“Kenapa Leni, inikan udah malam, tidak apa-apa Leni saya antar ya? ”.
Si Leni ini tidak menjawab pertanyaanku serta cuma menunduk lesu serta ke Shinta dia ingin menjawab, dari arah ujung trotoar mencul anak kecil sembari membawa bekicot.
“Ini Leni bekicotnya, agar luka Mbak Shinta cepat pulih”.
Ibu itu terima bekicot dari gadis itu, memecahnya di bagian ujung serta memoleskannya diluka gadis yang nyatanya namanya Shinta. Namun, Sesudah selesai memoleskan, si Leni itu mengandeng Shinta serta adiknya ingin pergi. Sebelumnya mengambil langkah jauh, saya hadang serta berupaya untuk mengantarnya pulang.
“Si Leni ingin pulang.., saya antar ya Leni, kasihan Shinta jalannya pincang”.
“Ngaak usah den, si Leni.. ”.
“Kenapa Leni, tidak sungkan-sungkan, ini kan udah malam, kasihan Shinta, Leni.. ”.
“Si Leni ini tidak miliki tempat tinggal den, si Leni hanya gelandangan”.
Saya sempat benggong mendengar jawaban si Leni ini, pada akhirnya saya putuskan untuk mengajaknya ke rumahku meskipun cuma untuk malam ini saja. Terus terang saya kasihan pada mereka.
“Ya udah Leni, anda dan ke-2 anakmu itu malam hari ini bisa tidur dirumahku”.
“Tapi non.. ”.
“Sudahlah Leni, ini kan untuk menebus kekeliruanku karna menabrak Shinta”.
Dari info yang saya peroleh di dalam mobil sepanjang perjalanan pulangp, si Leni ini nyatanya ditinggak suaminya waktu memiliki kandungan adiknya Shinta, yang pada akhirnya saya kenali namanya Intan.
Si Leni ini yang nyatanya namanya Inem, usianya sekitaran 42 th., serta anaknya si Shinta umurnya 14 th. dan Intan baru 11 th.. Shinta pernah lulus SD, sedang Intan cuma pernah nikmati bangku SD kelas 4.
Setelah tiba di rumah, Leni Inem serta ke-2 anaknya segera saya suruh mandi serta makan malam. Nyatanya si Leni, Shinta serta Intan tidak membawa baju ganti hingga sesudah mandi baju yang dipakainya ya tetaplah yang tadi.
Walau sebenarnya baju yang digunakan ketigany udah tidak layak untuk digunakan sekali lagi. Si Leni menggunakan daster yang lusuh serta sobek di sana-sini sedang Shinta serta Intan sama juga lusuh serta penuh jahitan di sana sini.
Besok yang kebetulan hari minggu, saya memanglah memiliki gagasan membelikan baju buat mereka bertiga. Saya memanglah type orang yang tidak dapat lihat ada orang yang lain menanggung derita. Kata kawan-kawan sich, saya termasuk juga orang yang mempunyai jiwa sosial yang tinggi.
“Shinta dan anda Intan makan yang banyak ya.. agar cepet gede.. ”.
“Inggih Non.., bisa tidak bila Intan butuhkan semua, karna Intan udah 2 hari tidak makan”.
“Boleh nduuk.., Intan serta Shinta bisa makan sepuasnya disini”.
Dari mulai sinilah awal dari petualangan seksku. Sesudah acara makan malam usai, ketiganya saya suruh tidur di kamar belakang. Sekitaran jam 1 malam sesudah saya usai nonton acara TV yang membosankan, saya menuju kekamar belakang untuk meneggok kondisi mereka.
Ke Shinta saya masuk kekamar mereka, jantungku segera berdeguk cepat serta keras waktu saya lihat daster Leni Inem yang terungkap hingga ke pinggang. Nyatanya di balik daster itu, Leni inemku ini mempunyai paha yang benar-benar mulus serta di balik CD nya yang lusuh serta sobek di bagian depannya tampak dengan terang jembutnya yang tidak tipis serta hitam. Fikiranku segera melayang-layang serta kontolku yang masih tetap perjaka ini segera berontak.
Sesudah agak tenang, tanganku segera bergerilnya mengelus paha mulus Leni inemku ini. Setelah puas mengelus pahanya, saya mulai menjilati ujung paha serta selesai dipangkal pahanya. Saya sempat ingin muntah ke Shinta mulai menjilati klitorisnya.
Dimuka barusan kan saya udah katakan bila CD Leni ku ini sobek di bagian depan.., jadi clitnya tampak dengan terang. Sedang yang buat saya ingin muntah yaitu bau CDnya. Ya.. mungkin saja udah berhari-hari tidak dicuci.
Sesudah sekitaran 13 menit saya jilati clitnya serta nyatanya Leni inemku ini tak ada reaksi.. ya mungkin saja sangat lelah shingga tidurnya nyenyak banget, saya mulai mengeluarkan kontolku serta mulai saya gesek-gesekkan di clitnya.
Saya tidak berani melapas CDnya takut dia bangun. Ya.. saya cuma berani mengocok kontolku sembari memandangi clit dan teteknya. Nyatanya Leni inemku ini tidak menggunakan BH hingga puting payudaranya pernah menonjol dibalik dasternya. Saya tidak berani untuk memeras teteknya karna takut Leni Inem juga akan bangun.
Sedang sebagian asiknya saya mengocok kontolku, si Shinta bangun serta lihat ke arahku. Shinta pernah ingin teriak serta untung saja saya cepat tutup mulutnya serta memimta Shinta untuk diam. Sesudah Shinta diam, berhubung saya udah tanggung, terus saja saya kocok kontolku.
Shinta yang masih tetap terduduk lemas karna ngantuk, tetap saja lihat tangan kiriku yang mengocok kontolku serta tangan kananku mengusap-usap paha mulus ibunya. Sembari lakukan aktivitasku, saya pandangi si Shinta, gadis kecil yang betul-betul polos, serta saya saksikan kadang-kadang Shinta lihat mataku selalu beralih ke paha ibunya yang tengah saya elus-elus berkali-kali. Sesudah sekitaran 8 menit berlalu, saya tidak tahan sekali lagi, serta pada akhirnya “.. croot.. crrott.. croot.. ” ada 6 kali saya menembakkan pejuhku ke arah clit Leni inemku ini.
Waktu saya mengeluarkan pejuhku, si Shinta tutup matanya sembari memeluk ke-2 kakinya. Ketika tersebut saya tanpa ada berniat lihat pangkal pahanya serta nyatanya.., Shinta ku ini tidak menggunakan CD. Waktu saya tengah lihat memeknya Shinta, dia katakan..
“Non.. mengapa pipis di memeknya si Leni”. saya sendiri pernah kaget mendengarnya.
“Nduuk.. itu agar ibumu tidur pulas.. ”.
“Non.. Shinta kedingingan.., Shinta ingin pipis.. namun Shinta takut ke kamar mandi.. ”.
“Ya.. udah Nduk.. mari saya antar ke kamar mandi”.
Shinta lalu saya ajak pipis ke toilet di kamar tidurku. Saya sendiri juga ingin pipis, selalu Shinta saya suruh jongkok didepanku. Shinta lalu mengangkat roknya serta.. suur.. banyak air seni yang keluar dari memeknya.
Saya sendiri cuma sedikit kencingku. Sesudah acara pipisnya usai, Shinta saya gendong serta saya dudukkan di tepi ranjangku. Lantas saya peluk serta saya belai lembut rambut panjangnya yang hingga ke pinggang.
“Non.. Shinta belum juga cebok.. kelak memeknya Shinta bau lho.. Non.. ”.
“Nggak apa-apa Nduk.. agar kelak Non yang bersihin memeknya Shinta.. Shinta bobok di sini ya.. sama non mu ini.. ”.
Lalu Shinta saya angkat serta mulai saya baringkan di ranjang empukku ini. Tangganku mulai aktif membelai rambutnya, pipinya, bibirnya.. dan payudaranya yang lumayan montok. Ketika tanganku mengelus pahanya..
“Non.. mengapa mengusap-usap kaki Shinta yang lecet.. ”.
“Oh iya Nduk.. Non lupa.. ”.
Tahu sendirilah, saya memang sungguh-sungguh udah horny untuk mencicipi Shinta, gadis kecilku ini. Pikirkan pembaca, disebelahku ada gadis 14 th. yang demikian polos, serta dia diam saja ke Shinta tanganku mengelus-elus semua badannya.
Pembaca.. bagaimana sudah belum juga ngebayanginya.. sudah belum..! sudah yaa.. saya terusin ceritanya.
Lalu saya jongkok di antara kakinya serta awalilah saya singkap rok yang digunakan Shinta hingga ke pinggang. Saat ini terpampanglah di hadapanku seseorang gadis kecil umur 14 th. denga bibir kemaluan yang masih tetap belum juga ditumbuhi bulu.
Sesudah pahanya saya kangkangkan, terpangpanglah segaris bibir memek yang dikanan-kirinya agak mengelembung.., eh maksudku tembem. Dengan jari telunjuk serta Ibu jari saya berupaya untuk menguak isi didalamnya. Serta nyatanya.. berisi merah muda, basah karna ada sisa pipisnya yang barusan itu lho dan agak mengkilap.
Tangankupun mulai mengelus memek keperawanannya, serta kadang-kadang saya pijit, pelintir serta saya tarik-tarik clitorisnya. Ake sendiri heran clitnya Shinta ku ini ukurannya tidak kalah sama ibunya.
“Aduuh.. Non.. memeknya Shinta diapain.. Non.. ”.
“Tenang Nduk.. tidak apa-apa.. Non ingin nyembuhin luka anda kok.. Shinta diam saja yaa.. ”.
“Inggiih.. Non.. ”.
Sesudah Shinta tenang, akupun mulai menjilati memeknya serta memanglah ada rasa serta bau pipisnya Shinta.
“Non.. jangaan.. Shinta malu, Non.. memek Shinta kan bau.. ”.
Saya bahkan juga pernah memasukkan jariku ke liang perawannya serta mulai saya kocok-kocok dengan perlahan. Shinta juga mulai menggelinjang serta mengangkat-angkat pantatnya.
Saya juga mulai menyedot memeknya Shinta dengan kuat serta saya saksikan Shinta menggigit bibir bawahnya sembari kepalanya digoyang kekanan kiri.
“Non.. geli Non... memeknya Shinta diapain sich Non.. ”.
Akupun tidak perduli dengan kondisi Shinta yang kakinya menendang-nendang serta tangannya mencengkeram seprei ranjangku hingga sobek di sana sini. Serta pada akhirnya..
“Non.. udah Non.. Shinta ingin pii.. piis dahulu Non.. ”.
Serta selang beberapa saat “Ssuur.. suur.. suur.. ”
Banyak cairan hangatnya membanjiri mulutku. Saya berupaya sekuat tenaga untuk menelan semuanya cairan memeknya yang mungkin saja baru pertama kesempatan ini dikeluarkannya.
Sesudah kujilati serta kuhisap hingga bersih, akupun tiduran disampingnya serta kurangkul Shinta ku ini.
“Non.. maafin Shinta ya.. Shinta barusan pipis di mulutnya Non.. pipis Shinta bau ya Non.. ”.
“Nggak apa-apa Nduk.. namun Shinta mesti dihukum.. karna sudah pipis dimulut Non.. ”
“Shinta ingin dihukum apa sajakah Non.. seandainya Non tidak geramin Shinta.. ”.
“Hukumannya, Shinta gantian minum pipisnya Non.. ingin tidak.. ”.
“Iya Non.. ”.
Pada akhirnya saya mengeluarkan kontolku yang sudah tegang. Demikian kontolku udah saya keluarkan dari CDku, Shinta yang masih tetap sangat polos itu tutup berwajah dengan ke-2 tangannya. Saya saksikan muka Shinta agak memerah. Sesudah saya bebaskan ke-2 tangannya, saya sodorkan kontolku kedepan berwajah serta saya suruh Shinta untuk memegangnya.
“Nduk.. mari dipegang serta dielus-elus..!.
“Inggih Non.. namun Shinta malu Non.. Shinta takut Non.. ”.
“Nggak apa-apa Nduk.. ini tidak nggigit kok.. ini namanya kontol Nduk.. ”.
Lalu gadis kecilku ini mulai memegang, mengurut, meremas serta terkadang diurut.
“Nduk.. kontolnya Non mu ini diemut ya.. ”.
“Tapi Non.. Shinta takut Non.. Shinta jijik Non.. ”.
“Nggak apa-apa Nduk.. diemut saja seperti waktu Shinta ngemut es cream.. mari kelak Shinta Non kasih es cream.. ingin ya.. ”.
“Benar Non.. kelak Shinta diberi es cream.. ”. ”Iya Nduk.. ”.
Shinta juga jongkok di antara pahaku serta mulai memasukkan kontolku ke mulutnya yang mungil. Agak sulit sich, bahkan juga terkadang kontolku tentang giginya.
“Nah gitu nduuk.. diisep ya.. yaa.. ya gituu.. nduuk.. ”.
Sembari Shinta mengoral kontolku, kaos lusuhnya Shinta juga saya angkat serta saya bebaskan dari badan mungilnya. Saya elus-elus teteknya serta terkadang saya remas dengan keras.
“Aku gemes banget sich sama payudaranya yang memiliki bentuk agak meruncing itu”.
Sekitaran 12 menit lalu, saya rasakan kontolku udah berdenyut-denyut. Saya tarik kepala Shinta serta saya kocok kontolku dimulut mungilnya.. serta.. saya tekan hingga menyentuh kerongkongannya serta pada akhirnya “.. croot.. croot.. croot.. cruut..! ”
Cairan pejuhku beberapa besar tertelan oleh Shinta serta cuma sedikit yang menetes keluar dari mulutnya.
“Non.. pipisnya sangat banyak.. Shinta hingga ingin muntah.. ”.
“He.. eh.. nduuk.. namun enak kan.. pipisnya Non.. ”.
“Inggih Non.. pipis Non kental banget.. Shinta hingga tidak dapat telan.. agak amis Non.. ”.
Saya memanglah termasuk juga lelaki yang menyukai menjaga badanku. Nyaris sehari-hari saya fitnes. Menuku sehari-hari : susu spesial lelaki, madu, 6 butir telur mentah, dan suplemen protein product Amerika. Jadi ya lumrah bila spermaku kental serta agak amis.
Lalu saya peluk bidadariku kecilku ini serta sesuai sama janjiku dia saya kasih es cream rasa vanilla. Sesudah habis Shinta menelan es krimnya, dia saya kemampuanngkan sekali lagi diranjangku. Selalu saya kangkangkan sekali lagi pahanya serta saya mulai sekali lagi menjilati memek tembemnya. selalu jelas saja saya penasaran sebelumnya membobol selaput daranya.
“Non.. ingin ngapain sekali lagi.. kelak Shinta pipis sekali lagi lho Non.. ”.
“Nggak apa-apa Nduk.. pipis sekali lagi saja Nduk.. Shinta ingin sekali lagi khan es cream.. ”
“Mau Non.. ”.
Sesudah saya siap, pahanya saya kangkangkan sekali lagi lebih lebar, serta saya mulai memasukkan kepala kontolku ke lubang surgawinya. Baru masuk sedikit, Shinta ku meringgis.
“Non.. memek Shinta diapain.. kok sakit.. ”
Saya pernah tarik ulur kontolku di liang memeknya. Serta sesudah kurasa mantap, saya tekan dengan keras. Saya rasakan ujung kontolku merobek selaput tidak tebal, yang saya percaya itu yaitu selaput daranya.
“Non.. sakiit.. ” Segera saya peluk Shinta, kuciumi muka serta bibir mungilnya.
“Nggak apa-apa Nduk.. kelak enak kok.. Shinta tenang saja ya.. ”.
Sesudah kudiamkan sebagian waktu, saya mulai sekali lagi memompa memeknya serta saya saksikan masih tetap meringis sembari menggigit bibir bawahnya.
“Oohh.. ahh.. auuhh.. geli Non.. ahh.. ” tersebut yang keluar dari mulutnya Shinta.
“Auuhh.. oohh.., Non.., periih…, aahh.. gelii Non.. aahh.., ”.
SAmbil saya selalu meusuk-nusuk memeknya, saya senantiasa perha Shinta muka imutnya Shinta. Benar-benar panorama yang mengagumkan.
Wajahnya memerah, bibirnyapun kadang-kadang menggigit bibir bawahnya dan kalau aku lihatnya matanya terkadang hanya terlihat putihnya saja. Kedua kaki Shinta pun sudah tidak beraturan menendang kesana-kesini dan juga kedua tangannya menarik-narik seprei kasurku hingga terlepas dari kaitannya.
“Auuhh.. oohh.., Non.., aahh.. ooh.. aahh, Non..”.
Aku mulai rasakan ada denyutan-denyutan vaginanya di kontolku, pertanda Shinta ku sebentar lagi orgasme. Kepala Shinta pun mulai menengadah ke atas dan kadang-kadang badannya melengkung. Sungguh pemandangan yang sensasional, gadis 14 tahun yang masih begitu polos, tubuhnya mengelinjang dengan desahan-desahan yang betul-betul erotis.
Aku yakin para pembaca setuju dengan pendapatku, tapi tangannya pembaca kok megang-megang “itu” nya sendiri, hayo udah terangsang ya. Aku tahu kok, nggak usah malu-malu, terusin aja sambil membaca ceritaku ini.
“Oohh.. ahh.. auuhh.. geli Non.. ahh..”.
“Non.. Shinta mau pipiiss.. Non..”
“Seerr.. suurr.. suurr.., kontolku seperti disiram air hangat..”.
Aku peluk sebentar Shinta ku untuk memberikan kesempatan gadis kecilku menuntaskan orgamesme. Setelah agak reda, aku lumat-lumat bibir mungilnya.
“Maapin Shinta ya Non.. Shinta pipis dikasurnya Non..”.
“Shinta malu Non.. udah gede masih ngompol di kasur..”.
“Nggak apa-apa Nduk.... Non juga mau pipis di kasur kok..”.
Aku sendiri sudah nggak tahan. Kakinya aku angkat, lalu kuletakkan di pundakku. Dengan posisi ini kurasakan kontolku menyentuh dinding rahimnya. Memeknya jadi becek banget, dan aku mulai mempercepat sodokan kontolku.
“Non.. Shinta capek.. Shinta mau bobok.. Non..”.
“Iya nduuk.. Shinta bobok saja yaa..”.
“Memeek Shinta periih.. Non..”.
Kutekan keras-keras kontolku ke liang kenikmatannya dan kutarik pantatnya dan “croot.. cruut.. croot.. croot.. cruut.. croot..!”. Aku muntahkan pejuhku kedalam rahimnya.
Aku cabut kontolku dari memek tembemnya, terlihat lendir putih bercampur dengan darah segar mengalir keluar dari liang kemaluannya.
“Non.., kenapa Non pipis diperutnya Shinta.., perut Shinta jadi hangat Non..”.
“Iya nduuk.., biar kamu nggak kedinginan.., ayo sekarang Shinta bobok ya.., sini Non kelonin..”.
“Inggih Non.., sekarang Shinta capek.., Shinta pengen bobok..”.
Aku perha Shinta memeknya sudah mulai melebar dan agak membelah dibandingkan sebelum aku perawanin. Aku peluk dia dan aku cium dengan mesra Shinta, si gadis kecilku. Aku dan Shinta pun akhirnya tertidur dengan pulas. Nikmaat.
0 Komentar untuk "Baca Cerita Seks Ngentot Dengan Gadis Yang Kubawa Kerumah"