Kisah Pemerkosaan Saat Kemping Di Puncak - Update terbaru Cerita Sex Dewasa, Pada kisah Cerita Seks bergambar kali ini yang berjudul Kisah Pemerkosaan Saat Kemping Di Puncak, saya telah menyediakan cerita HOT pengalaman pribadi maupun orang lain lengkap dengan gambar seksi peningkat nafsu birahi anda. Selamat membaca.
Seusai semuanya berakhir, kita sepakat bahwa tiga orang lelaki wajib mencari kayu bakar, sisanya tetap tinggal di perkemahan. Aku, Robby, serta Doni memilih mencari kayu bakar, sedangkan Fadli, Lia serta Wulan tetap tinggal di tenda. Baru berbagai langkah kita beranjak pergi, tiba-tiba Wulan terbuktigil kami, katanya dirinya ingin ikut kelompok kita saja (alasannya masuk akal, dirinya tidak enak hati sebab Fadli merupakan pacar Lia, serta Wulan tidak ingin kehadirannya di tenda mengganggu agenda mereka). Sebab Fadli serta Lia tidak keberatan ditinggal berdua, kita (Robby, Doni, aku serta Wulan) segera melanjutkan perjalanan.
Ada berbagai faktor yang butuh aku ceritakan terhadap pembaca mengenai dua orang kawan wanita kami. Lia sifatnya sangat lembut, dewasa, pendiam serta keibuan. Sifat ini bertolak belakang dengan Wulan. Mungkin sebab dirinya anak bungsu serta ketiga kakaknya semua lelaki, sehingga Wulan sangat manja, tapi terkadang tomboy. Tapi di balik semua itu, kita semua mengakui bahwa Wulan sangat cantik, bahkan lebih cantik dari Lia.
Tidak berapa lama, hinggalah kita pada tempat yang dituju, lalu kita mulai mengumpulkan ranting-ranting kering. Sambil mengumpulkan ranting, kita menuturkan apa yang sedang dilakukan Fadli serta Lia di dalam tenda. Pasti saja pembicaraan kita menjurus terhadap hal-hal porno. Seusai lumayan apa yang kita cari, Robby menganjurkan singgah mandi dulu ke sungai yang tidak berapa jauh dari tempat kita berada. Wulan boleh ikut, tapi wajib menantikan di atas tebing sungai sementara kita bertiga mandi. Wulan setuju saja. Pendek kata, hinggalah kita pada sungai yang dituju. Aku, Robby serta Doni turun ke sungai, lalu mandi di situ. Wulan kita suruh duduk di atas tebing serta jangan sekali-kali mengintip kami.
Ketika sedang asyik-asyiknya kita berkubang di air, tiba-tiba kita mendengar Wulan menjerit sebab terjatuh dari atas tebing. Tubuhnya menggelinding hingga akhirnya ia tercebur ke dalam air. Cepat-cepat kita berlari mencoba menyelamatkan Wulan (kami mandi hanya menanggalkan baju serta celana panjang, sedangkan celana dalam tetap kita pakai). Robby yang pandai berenang segera menjemput Wulan, lalu luar biasanya dari air menuju tepi sungai. Aku serta Doni menantikan di atas. Hingga di tepi sungai, tubuh Wulan basah kuyup. Sepintas kulihat lengan Robby menyentuh buah dada Wulan. Sebab Wulan menggunakan T-Shirt basah, aku bisa menonton dengan jelas lekuk-lekuk tubuh Wulan yang sangat menggairahkan.
Wulan merintih memegangi lutut kanannya. Aku serta Doni terpaku tidak tahu apa yang wajib kita lakukan, tapi Robby yang sempat ikut kegiatan penyelamatan dengan sigap membuka ikat pinggang Wulan lalu mencopot celana jeans Wulan hingga lutut. Wulan berteriak sambil mempertahankan celananya supaya tidak melorot. Sungguh, saat itu aku tidak tahu apa sebetulnya yang hendak Robby lakukan terhadap Wulan. Segalanya berlangsung begitu cepat serta aku tidak menyimpan tuduhan negatif terhadap Robby. Aku hanya menduga, Robby hendak mengecek luka Wulan. Tapi dengan melorotnya jeans Wulan hingga ke lutut, kita bisa menonton dengan jelas celana dalam wulan yang berwarna off-white (putih kecoklatan) serta berenda. Kontan penisku bangun.
Robby memerintahkan aku serta Doni memegangi kedua tangan Wulan. Semacam dihipnotis, kita menurut saja. Wulan terus meronta sambil menghardik, “Rob, apa-apaan sih.., Lepas.., lepas! Alias saya teriak”.
Doni secepat kilat membungkam mulut Wulan dengan kedua telapak tangannya. Robby seusai sukses mencopot celana jeans Wulan, kini mencoba mencopot celana dalam Wulan. Hingga detik ini, akhirnya aku tahu apa sebetulnya yang sedang terjadi. Aku tidak berani melarang Robby serta Doni, sebab tidak hanya aku telah merasa terlibat, aku juga sangat terangsang saat menonton kemaluan Wulan yang lebat ditumbuhi rambut-rambut hitam keriting.
Wulan terus meronta serta mencoba berteriak, tapi cengkeraman tanganku serta bungkaman Doni membikin usahanya sia-sia belaka. Robby segera berlutut di antara kedua belah paha Wulan. Tangan kirinya menekan perut Wulan, tangan kanannya mengajar penisnya menuju kemaluan Wulan. Wulan terus meronta, membikin Robby kesusahan memasukkan penisnya ke dalam celah vaginanya. Doni mengambil inisiatif. Dirinya lalu duduk mengangkangi cocok di atas dada Wulan sambil tangannya terus membungkam mulut Wulan. Tiba-tiba Wulan berteriak keras sekali. Rupanya Robby sukses merobek selaput dara Wulan dengan penisnya. Dengan cara cepat Robby menggerak-gerakkan pinggulnya maju mundur. Untuk berbagai menit lamanya Wulan meronta, hingga akhirnya dirinya diam pasrah. Yang dirinya lakukan hanya menangis terisak-isak.
Doni melepaskan telapak tangannya dari mulut Wulan sebab dirinya merasa Wulan tidak bakal berteriak lagi. Lalu dirinya mencoba hebat T-Shirt Wulan ke atas. Di luar dugaan, Wulan hari ini tidak mengadakan perlawanan, hingga Doni serta aku bisa melepaskan T-Shirt serta BH-nya. Luar biasa, tubuh Wulan dalam keadaan telanjang bulat sangat membangkitkan birahi. Tubuhnya mulus, serta buah dadanya sangat montok. Mungkin ukurannya 36B.
Doni segera menjilati puting susu Wulan, sementara aku menonton Robby terus kesetanan mengoyak-ngoyak vagina Wulan yang berbagai saat yang lalu tetap perawan. Aku sangat terangsang, lalu aku mulai memaksa mencium bibir Wulan. Ugh, nikmat sekali bibirnya yang dingin serta lembut itu. Aku melumat bibirnya dengan sangat bernafsu. Aku tidak tahu apa yang sedang Wulan rasakan. Aku hanya menonton, matanya polos menerawang jauh langit di atas sana yang menguning pertanda malam bakal segera tiba. Tangisnya telah agak mereda, tapi aku tetap bisa mendengar isak tangisnya yang tidak sekeras tadi. Mungkin dirinya telah sangat putus asa, shock, alias mungkin juga menikmati perlakuan kasar kami.
Tiba-tiba aku mendengar Robby menjerit tertahan. Tubuhnya mengejang. Dirinya menyemprotkan sperma tidak sedikit sekali ke dalam vagina Wulan. Setengah menit kemudian Robby beranjak berangkat dari tubuh Wulan lalu tergeletak kelelahan di samping kami. Doni menyuruhku mengambil giliran kedua. Aku bangkit menuju Vagina Wulan. Sepintas aku menonton sperma Robby mengalir ke luar dari mulut vagina Wulan. Warnanya putih kemerahan. Rupanya bercak-bercak merah itu berasal dari darah selaput dara (hymen) Wulan yang robek. Tanpa kesusahan aku sukses memasukkan penis ke dalam vaginanya. Rasanya nikmat sekali. Licin serta hangat bercampur menjadi satu. Dengan cepat aku mengocok-ngocok penisku maju mundur. Aku mendekap tubuh Wulan. Payudaranya beradu dengan dadaku. Dengan ganas aku melumat bibir Wulan. Doni serta Robby menyaksikan atraksiku dari jarak dua meter. Berbagai menit kemudian aku merasakan penisku sangat tegang serta berdenyut-denyut. Aku telah mencoba menahan supaya ejakulasi bisa diperlama, tapi sia-sia. Spermaku keluar tidak sedikit sekali di dalam vagina Wulan. Aku peluk erat Tubuh Wulan hingga dirinya tidak bisa bernafas.
Seusai puas, aku berbagi giliran berikutnya terhadap Doni. Aku lalu duduk di samping Robby memandangi Doni yang dengan sangat bernafsu menikmati tubuh Wulan. Sebab lelah, kurebahkan tubuhku telentang sambil memandangi langit yang terus menggelap.
Berbagai menit kemudian Doni ejakulasi di dalam vagina. Seusai Doni puas, nyatanya Robby bangkit kembali nafsunya. Dirinya menghampiri Wulan. Tapi hari ini dirinya malah membalikkan tubuh Wulan hingga tengkurap. Aku tidak tahu apa yang bakal dilakukannya. Nyatanya Robby hendak melakukan anal seks. Wulan menjerit saat anusnya ditembus penis Robby. Mendengar itu Robby malah terus kesetanan. Dirinya menjambak rambut Wulan ke belakang hingga muka Wulan menengadah ke atas. Dengan sigap Doni menghampiri tubuh Wulan. Aku menonton Doni dengan sangat kasar meremas-remas buah dada Wulan. Wulan mengiba, “Aduhh.., telah dong Ro.., ampun.., sakit Rob”. Tapi Robby serta Doni tidak menghiraukannya.
“Oh, sempit sekali”, teriak Robby mengomentari celah dubur Wulan yang lebih sempit dari vaginanya. Setiap Robby hebat penisnya aku lihat dubur Wulan monyong. Sebaliknya saat Robby menusukkan penisnya, dubur Wulan menjadi kempot. Tidak lama, Robby mengalami ejakulasi yang kedua kalinya. Seusai puas, kini giliran Doni menyodomi Wulan. Menonton itu aku sehingga kasihan juga terhadap Wulan. Di matanya aku menonton beban penderitaan yang amat berat, tapi sekaligus aku juga menonton sisa-sisa ketegarannya menghadapi perlakuan ini.
Baca Juga : Gara Gara Ngintip Orangtuaku Nonton Bokep Malah Jadi Sange dan Ngocok sambil Ngintip
Seusai Doni puas, Robby serta Doni menyuruhku menikmati tubuh Wulan. Tapi tiba-tiba muncul rasa kasihan dalam hatiku. Aku katakan bahwa aku telah sangat lelah serta hari telah menjelang gelap. Kita sepakat kembali ke perkemahan. Robby serta Doni segera berpakaian lalu beranjak meninggalkan kita sambil menenteng kayu bakar. Wulan dengan tertatih-tatih mengambil celana dalam, jeans, lalu mengenakannya. Aku tanyakan apakah Wulan mau mandi dulu, serta dirinya hanya menggeleng. Dalam keremangan senja aku tetap bisa menonton matanya yang indah berkaca-kaca. Kuambil T-Shirtnya. Sebab basah, aku mengepak-ngepakkan supaya lebih kering, lalu aku berbagi T-Shirt itu bersama-sama dengan BH-nya. Robby serta Doni menantikan kita di atas tebing sungai. Seusai Wulan serta aku lengkap berpakaian, kita beranjak berangkat meninggalkan tempat itu. Robby serta Doni berlangsung tujuh meter di depanku serta Wulan.
Di perkemahan, Fadli serta Lia menantikan kita dengan cemas. Lalu kita mengarang cerita supaya momen itu tidak menyebar. Untunglah Fadli serta Lia percaya, serta Wulan hanya diam saja.
Cocok tengah malam di saat orang lain memperingati penggantian tahun baru, kita melaluinya dengan hambar. Tidak tidak sedikit keceriaan kala itu. Kita lebih tidak sedikit diam, meski Fadli berusaha mencairkan keheningan malam dengan gitarnya.
Esoknya, pagi-pagi sekali Wulan minta segera pulang. Kita maklum lalu segera membongkar tenda. Untunglah sesampainya di kota kami, Wulan merahasiakan momen ini. Tapi tiga bulan berikutnya Wulan menghubungiku serta dirinya dengan memohon meminta aku bertanggung jawab atas kehamilannya. Aku sempat kaget sebab belum pasti anak yang dikandungnya itu merupakan anakku. Tapi raut wajahnya yang sangat mengiba, membikinku kasihan lalu menyanggupi melamarnya.
Satu bulan berikutnya kita resmi menikah. Wulan minta supaya aku memboyongnya meninggalkan kota ini serta mencari pekerjaan di kota lain. Kini “anak kami” telah bisa berlangsung. Lucu sekali. Matanya indah semacam mata ibunya. Kadang terpikir untuk mengenal anak siapa sebetulnya “anak kami” ini. Tapi kemudian aku menguburnya dalam-dalam. Aku khawatir ketersanjungan rumah tangga kita bakal hancur bila nyatanya kenyataan pahitlah yang kita bisai.
Akhir Desember 1997 kita menikmati penggantian tahun baru di rumah saja. Momen ini kembali menguak kenangan kurang baiknya. Matanya berkaca-kaca. Aku memeluk serta membelai rambutnya. Berbagai menit kemudian, dalam dekapanku dirinya mengaku bahwa sebelum momen itu terjadi, sebetulnya dirinya telah jatuh cinta padaku. Dirinya ikut mencari kayu bakar sebab dirinya ingin bisa dekat denganku.
Ya Tuhan, aku sangatlah rugi. Pengakuannya ini membikin hatiku pedih tidak terkira.

Cerita Seks Terbaru : Perkosa Teman Kemping Saat Di Puncak
Kejadian ini terjadi tidak lebih lebih lima tahun yang lalu (cocoknya tanggal 31 Desember 1995). Saat itu kelompok kita (4 lelaki serta 2 perempuan) melakukan pendakian gunung. Rencananya kita bakal memperingati penggantian tahun baru di sana. Hingga di tempat yang kita tuju hari telah sore, kita segera mendirikan tenda di tempat yang strategis.Seusai semuanya berakhir, kita sepakat bahwa tiga orang lelaki wajib mencari kayu bakar, sisanya tetap tinggal di perkemahan. Aku, Robby, serta Doni memilih mencari kayu bakar, sedangkan Fadli, Lia serta Wulan tetap tinggal di tenda. Baru berbagai langkah kita beranjak pergi, tiba-tiba Wulan terbuktigil kami, katanya dirinya ingin ikut kelompok kita saja (alasannya masuk akal, dirinya tidak enak hati sebab Fadli merupakan pacar Lia, serta Wulan tidak ingin kehadirannya di tenda mengganggu agenda mereka). Sebab Fadli serta Lia tidak keberatan ditinggal berdua, kita (Robby, Doni, aku serta Wulan) segera melanjutkan perjalanan.
Ada berbagai faktor yang butuh aku ceritakan terhadap pembaca mengenai dua orang kawan wanita kami. Lia sifatnya sangat lembut, dewasa, pendiam serta keibuan. Sifat ini bertolak belakang dengan Wulan. Mungkin sebab dirinya anak bungsu serta ketiga kakaknya semua lelaki, sehingga Wulan sangat manja, tapi terkadang tomboy. Tapi di balik semua itu, kita semua mengakui bahwa Wulan sangat cantik, bahkan lebih cantik dari Lia.
Tidak berapa lama, hinggalah kita pada tempat yang dituju, lalu kita mulai mengumpulkan ranting-ranting kering. Sambil mengumpulkan ranting, kita menuturkan apa yang sedang dilakukan Fadli serta Lia di dalam tenda. Pasti saja pembicaraan kita menjurus terhadap hal-hal porno. Seusai lumayan apa yang kita cari, Robby menganjurkan singgah mandi dulu ke sungai yang tidak berapa jauh dari tempat kita berada. Wulan boleh ikut, tapi wajib menantikan di atas tebing sungai sementara kita bertiga mandi. Wulan setuju saja. Pendek kata, hinggalah kita pada sungai yang dituju. Aku, Robby serta Doni turun ke sungai, lalu mandi di situ. Wulan kita suruh duduk di atas tebing serta jangan sekali-kali mengintip kami.
Ketika sedang asyik-asyiknya kita berkubang di air, tiba-tiba kita mendengar Wulan menjerit sebab terjatuh dari atas tebing. Tubuhnya menggelinding hingga akhirnya ia tercebur ke dalam air. Cepat-cepat kita berlari mencoba menyelamatkan Wulan (kami mandi hanya menanggalkan baju serta celana panjang, sedangkan celana dalam tetap kita pakai). Robby yang pandai berenang segera menjemput Wulan, lalu luar biasanya dari air menuju tepi sungai. Aku serta Doni menantikan di atas. Hingga di tepi sungai, tubuh Wulan basah kuyup. Sepintas kulihat lengan Robby menyentuh buah dada Wulan. Sebab Wulan menggunakan T-Shirt basah, aku bisa menonton dengan jelas lekuk-lekuk tubuh Wulan yang sangat menggairahkan.
Wulan merintih memegangi lutut kanannya. Aku serta Doni terpaku tidak tahu apa yang wajib kita lakukan, tapi Robby yang sempat ikut kegiatan penyelamatan dengan sigap membuka ikat pinggang Wulan lalu mencopot celana jeans Wulan hingga lutut. Wulan berteriak sambil mempertahankan celananya supaya tidak melorot. Sungguh, saat itu aku tidak tahu apa sebetulnya yang hendak Robby lakukan terhadap Wulan. Segalanya berlangsung begitu cepat serta aku tidak menyimpan tuduhan negatif terhadap Robby. Aku hanya menduga, Robby hendak mengecek luka Wulan. Tapi dengan melorotnya jeans Wulan hingga ke lutut, kita bisa menonton dengan jelas celana dalam wulan yang berwarna off-white (putih kecoklatan) serta berenda. Kontan penisku bangun.
Robby memerintahkan aku serta Doni memegangi kedua tangan Wulan. Semacam dihipnotis, kita menurut saja. Wulan terus meronta sambil menghardik, “Rob, apa-apaan sih.., Lepas.., lepas! Alias saya teriak”.
Doni secepat kilat membungkam mulut Wulan dengan kedua telapak tangannya. Robby seusai sukses mencopot celana jeans Wulan, kini mencoba mencopot celana dalam Wulan. Hingga detik ini, akhirnya aku tahu apa sebetulnya yang sedang terjadi. Aku tidak berani melarang Robby serta Doni, sebab tidak hanya aku telah merasa terlibat, aku juga sangat terangsang saat menonton kemaluan Wulan yang lebat ditumbuhi rambut-rambut hitam keriting.
Wulan terus meronta serta mencoba berteriak, tapi cengkeraman tanganku serta bungkaman Doni membikin usahanya sia-sia belaka. Robby segera berlutut di antara kedua belah paha Wulan. Tangan kirinya menekan perut Wulan, tangan kanannya mengajar penisnya menuju kemaluan Wulan. Wulan terus meronta, membikin Robby kesusahan memasukkan penisnya ke dalam celah vaginanya. Doni mengambil inisiatif. Dirinya lalu duduk mengangkangi cocok di atas dada Wulan sambil tangannya terus membungkam mulut Wulan. Tiba-tiba Wulan berteriak keras sekali. Rupanya Robby sukses merobek selaput dara Wulan dengan penisnya. Dengan cara cepat Robby menggerak-gerakkan pinggulnya maju mundur. Untuk berbagai menit lamanya Wulan meronta, hingga akhirnya dirinya diam pasrah. Yang dirinya lakukan hanya menangis terisak-isak.
Doni melepaskan telapak tangannya dari mulut Wulan sebab dirinya merasa Wulan tidak bakal berteriak lagi. Lalu dirinya mencoba hebat T-Shirt Wulan ke atas. Di luar dugaan, Wulan hari ini tidak mengadakan perlawanan, hingga Doni serta aku bisa melepaskan T-Shirt serta BH-nya. Luar biasa, tubuh Wulan dalam keadaan telanjang bulat sangat membangkitkan birahi. Tubuhnya mulus, serta buah dadanya sangat montok. Mungkin ukurannya 36B.
Doni segera menjilati puting susu Wulan, sementara aku menonton Robby terus kesetanan mengoyak-ngoyak vagina Wulan yang berbagai saat yang lalu tetap perawan. Aku sangat terangsang, lalu aku mulai memaksa mencium bibir Wulan. Ugh, nikmat sekali bibirnya yang dingin serta lembut itu. Aku melumat bibirnya dengan sangat bernafsu. Aku tidak tahu apa yang sedang Wulan rasakan. Aku hanya menonton, matanya polos menerawang jauh langit di atas sana yang menguning pertanda malam bakal segera tiba. Tangisnya telah agak mereda, tapi aku tetap bisa mendengar isak tangisnya yang tidak sekeras tadi. Mungkin dirinya telah sangat putus asa, shock, alias mungkin juga menikmati perlakuan kasar kami.
Tiba-tiba aku mendengar Robby menjerit tertahan. Tubuhnya mengejang. Dirinya menyemprotkan sperma tidak sedikit sekali ke dalam vagina Wulan. Setengah menit kemudian Robby beranjak berangkat dari tubuh Wulan lalu tergeletak kelelahan di samping kami. Doni menyuruhku mengambil giliran kedua. Aku bangkit menuju Vagina Wulan. Sepintas aku menonton sperma Robby mengalir ke luar dari mulut vagina Wulan. Warnanya putih kemerahan. Rupanya bercak-bercak merah itu berasal dari darah selaput dara (hymen) Wulan yang robek. Tanpa kesusahan aku sukses memasukkan penis ke dalam vaginanya. Rasanya nikmat sekali. Licin serta hangat bercampur menjadi satu. Dengan cepat aku mengocok-ngocok penisku maju mundur. Aku mendekap tubuh Wulan. Payudaranya beradu dengan dadaku. Dengan ganas aku melumat bibir Wulan. Doni serta Robby menyaksikan atraksiku dari jarak dua meter. Berbagai menit kemudian aku merasakan penisku sangat tegang serta berdenyut-denyut. Aku telah mencoba menahan supaya ejakulasi bisa diperlama, tapi sia-sia. Spermaku keluar tidak sedikit sekali di dalam vagina Wulan. Aku peluk erat Tubuh Wulan hingga dirinya tidak bisa bernafas.
Seusai puas, aku berbagi giliran berikutnya terhadap Doni. Aku lalu duduk di samping Robby memandangi Doni yang dengan sangat bernafsu menikmati tubuh Wulan. Sebab lelah, kurebahkan tubuhku telentang sambil memandangi langit yang terus menggelap.
Berbagai menit kemudian Doni ejakulasi di dalam vagina. Seusai Doni puas, nyatanya Robby bangkit kembali nafsunya. Dirinya menghampiri Wulan. Tapi hari ini dirinya malah membalikkan tubuh Wulan hingga tengkurap. Aku tidak tahu apa yang bakal dilakukannya. Nyatanya Robby hendak melakukan anal seks. Wulan menjerit saat anusnya ditembus penis Robby. Mendengar itu Robby malah terus kesetanan. Dirinya menjambak rambut Wulan ke belakang hingga muka Wulan menengadah ke atas. Dengan sigap Doni menghampiri tubuh Wulan. Aku menonton Doni dengan sangat kasar meremas-remas buah dada Wulan. Wulan mengiba, “Aduhh.., telah dong Ro.., ampun.., sakit Rob”. Tapi Robby serta Doni tidak menghiraukannya.
“Oh, sempit sekali”, teriak Robby mengomentari celah dubur Wulan yang lebih sempit dari vaginanya. Setiap Robby hebat penisnya aku lihat dubur Wulan monyong. Sebaliknya saat Robby menusukkan penisnya, dubur Wulan menjadi kempot. Tidak lama, Robby mengalami ejakulasi yang kedua kalinya. Seusai puas, kini giliran Doni menyodomi Wulan. Menonton itu aku sehingga kasihan juga terhadap Wulan. Di matanya aku menonton beban penderitaan yang amat berat, tapi sekaligus aku juga menonton sisa-sisa ketegarannya menghadapi perlakuan ini.
Baca Juga : Gara Gara Ngintip Orangtuaku Nonton Bokep Malah Jadi Sange dan Ngocok sambil Ngintip
Seusai Doni puas, Robby serta Doni menyuruhku menikmati tubuh Wulan. Tapi tiba-tiba muncul rasa kasihan dalam hatiku. Aku katakan bahwa aku telah sangat lelah serta hari telah menjelang gelap. Kita sepakat kembali ke perkemahan. Robby serta Doni segera berpakaian lalu beranjak meninggalkan kita sambil menenteng kayu bakar. Wulan dengan tertatih-tatih mengambil celana dalam, jeans, lalu mengenakannya. Aku tanyakan apakah Wulan mau mandi dulu, serta dirinya hanya menggeleng. Dalam keremangan senja aku tetap bisa menonton matanya yang indah berkaca-kaca. Kuambil T-Shirtnya. Sebab basah, aku mengepak-ngepakkan supaya lebih kering, lalu aku berbagi T-Shirt itu bersama-sama dengan BH-nya. Robby serta Doni menantikan kita di atas tebing sungai. Seusai Wulan serta aku lengkap berpakaian, kita beranjak berangkat meninggalkan tempat itu. Robby serta Doni berlangsung tujuh meter di depanku serta Wulan.
Di perkemahan, Fadli serta Lia menantikan kita dengan cemas. Lalu kita mengarang cerita supaya momen itu tidak menyebar. Untunglah Fadli serta Lia percaya, serta Wulan hanya diam saja.
Cocok tengah malam di saat orang lain memperingati penggantian tahun baru, kita melaluinya dengan hambar. Tidak tidak sedikit keceriaan kala itu. Kita lebih tidak sedikit diam, meski Fadli berusaha mencairkan keheningan malam dengan gitarnya.
Esoknya, pagi-pagi sekali Wulan minta segera pulang. Kita maklum lalu segera membongkar tenda. Untunglah sesampainya di kota kami, Wulan merahasiakan momen ini. Tapi tiga bulan berikutnya Wulan menghubungiku serta dirinya dengan memohon meminta aku bertanggung jawab atas kehamilannya. Aku sempat kaget sebab belum pasti anak yang dikandungnya itu merupakan anakku. Tapi raut wajahnya yang sangat mengiba, membikinku kasihan lalu menyanggupi melamarnya.
Satu bulan berikutnya kita resmi menikah. Wulan minta supaya aku memboyongnya meninggalkan kota ini serta mencari pekerjaan di kota lain. Kini “anak kami” telah bisa berlangsung. Lucu sekali. Matanya indah semacam mata ibunya. Kadang terpikir untuk mengenal anak siapa sebetulnya “anak kami” ini. Tapi kemudian aku menguburnya dalam-dalam. Aku khawatir ketersanjungan rumah tangga kita bakal hancur bila nyatanya kenyataan pahitlah yang kita bisai.
Akhir Desember 1997 kita menikmati penggantian tahun baru di rumah saja. Momen ini kembali menguak kenangan kurang baiknya. Matanya berkaca-kaca. Aku memeluk serta membelai rambutnya. Berbagai menit kemudian, dalam dekapanku dirinya mengaku bahwa sebelum momen itu terjadi, sebetulnya dirinya telah jatuh cinta padaku. Dirinya ikut mencari kayu bakar sebab dirinya ingin bisa dekat denganku.
Ya Tuhan, aku sangatlah rugi. Pengakuannya ini membikin hatiku pedih tidak terkira.
0 Komentar untuk "Kisah Pemerkosaan Saat Kemping Di Puncak"